Sabtu, 09 Januari 2016

Makanan yang sudah dihinggapi lalat sebaiknya dibuang atau tidak?




Lalat menjadi serangga paling menjijikkan. Saat hinggap di atas makanan, apa yang harus dilakukan? Langsung dibuang atau aman dimakan?​

Terdapat beragam jenis lalat yang tersebar di berbagai wilayah di dunia​. Kelompok serangga ini bahkan lebih banyak daripada nyamuk​. ​Mereka memiliki peranan yang penting untuk dekomposisi, penyerbukan tanaman, dan makanan bagi serangga predator.

Beragam jenis lalat ini berisiko mengancam kesehatan, namun yang sering dijumpai adalah jenis lalat rumah. Di Indonesia, lalat ini muncul sepanjang tahun dan saat musim kemarau, bisa saja menimbulkan risiko yang mengancam kesehatan.



Musca domestica, lalat jenis ini lebih dikenal sebagai lalat yang sering terbang di area rumah sehingga spesiesnya tersebar paling banyak di seluruh dunia. Biasanya lalat ini menjadikan bangkai dan feses sebagai habitatnya, sehingga lalat ini juga sering disebut ‘lalat kotoran’.


Metamorfosis lalat ini dimulai dari telur yang kemudian menjadi larva. Larva lalat rumah biasanya mencari makan dan menetas di bangkai sebelum akhirnya berubah menjadi pupa dan berkembang menjadi lalat dewasa beberapa hari kemudian. Lalat rumah dewasa mampu bertahan hidup selama sebulan dan bertelur hingga ratusan telur selama jangka waktu hidupnya.

Lalat rumah tidaklah menggigit. Tidak seperti nyamuk yang menularkan bakteri patogen ke manusia yang terbawa di air liur mereka saat menggigit​. L​alat rumah menyebarkan bakteri patogen yang menempel pada badan dan kaki mereka. ​S​aat kaki lalat hinggap pada benda-benda di sekitar kita termasuk makanan, mereka juga meninggalkan feses dan muntahannya juga.

Insekta ini tidak memiliki gigi. Mereka tidak bisa menggigit makanan manusia, sehingga untuk makan, lalat meludahi makanannya terlebih dahulu sampai makanan tersebut cair. Setelah cair, makanan disedot masuk ke dalam perut. Sehingga jika lalat berada atau bahkan terbang mengitari makanan kita yang sudah dimuntahkannya, maka populasi patogen dalam makanan tersebut tentu akan tinggi.

Namun sebenarnya jika makanan Anda sudah ditempeli lalat, Anda tak perlu langsung membuangnya. Sekali hinggap bukan berarti akan menimbulkan reaksi langsung yang membuat manusia dengan kondisi kesehatan yang baik langsung terinfeksi penyakit.

Justru perhatikanlah lalat yang sering terbang dan hinggap pada makanan Anda. Semakin sering lalat hinggap, maka patogen pun semakin banyak yang tertinggal di permukaan makanan dan berkembang biak dengan cepat. Hal inilah yang mengancam kesehatan.

Risiko utama perihal lalat sebenarnya mengancam bagi orang-orang yang berada jauh dari kota. Mungkin jumlah spesiesnya tidak banyak, namun risiko kontak langsung dengan bangkai binatang dan kotoran hewan lebih besar daripada orang-orang perkotaan.

Meskipun demikian, orang-orang di perkotaan juga harus menjaga kebersihan. Karenanya mulailah perhatikan area sekitar Anda terutama makanan untuk mengurangi kontak langsung dengan lalat.

Pastikan makanan Anda tertutup saat disiapkan, dimasak, dan disajikan. Termasuk perhatikan juga kebersihan makanan yang tersisa di meja makan.

Perhatikan juga area jendela dan pintu Anda, bila perlu pasang kawat penyaring di ventilasi agar lalat tak mudah masuk. Pastikan tempat sampah di rumah ​selalu ​dibersihkan. Bila perlu semprotkan juga cairan inteksida di permukaan tempat sampah. Hal ini akan membantu mengurangi populasi lalat yang sering masuk ke rumah.


Fakta bahwa makanan yang sudah dihinggapi lalat lebih kotor dibanding terkena kecoa



Saat sedang makan seringkali lalat datang mengerubungi hidangan. Selain mengganggu, makanan yang terkena lalat dikhawatirkan mengandung bakteri. Namun ada orang yang memilih tetap menyantap makanan yang sudah dihinggapi lalat.

Orkin, sebuah perusahaan pengendali hama asal Amerika Serikat, melakukan survei mengenai konsumsi makanan bekas hinggapan lalat dan kecoa pada 1.015 partisipan. Menurut survei terbarunya itu, sekitar dua pertiga orang akan tetap menyantap makanan yang sudah dihinggapi lalat.

Hanya 3% orang yang masih mau mengonsumsi makanan yang terkena kecoa. Bahkan 61% persen orang akan berhenti makan saat melihat kecoa.

Meski hasilnya tak terlalu mengejutkan, akan tetapi yang mengkhawatirkan adalah banyak orang tetap menyantap makanan terkena lalat. Padahal lalat dapat membawa penyakit dan dianggap lebih berbahaya bagi kesehatan dibanding kecoa.

Baca juga: Makanan yang sudah dihinggapi lalat sebaiknya dibuang atau tidak?

"Banyak pelanggan restoran mungkin tidak menyadari bahwa lalat rumah dua kali lipat lebih kotor dibanding kecoa. Ini penting (diketahui) agar semua orang paham besarnya ancaman kesehatan yang ditimbulkan lalat sehingga mereka dapat mencegah penularan penyakit berbahaya dan bakteri (dari lalat)," sebut Ron Harrison, seorang entomologi dan direktur teknis pelayanan di Orkin, seperti dilansir dari USA Today (14/08/2014).

World Health Organization (WHO) memiliki seluruh laporan mengenai lalat rumah dan bagaimana penyebaran penyakit melalui lalat. Umumnya lalat memakan makanan dan sampah yang dapat mengumpulkan agen penyakit. Organisme penyebab penyakit lalu menempel pada lalat saat hewan ini merangkak dan makan. Kemudian lalat menyebarkannya ke tempat lain.

Organisme yang menempel pada permukaan tubuh lalat hanya bertahan beberapa jam. Akan tetapi bila tertelan bersama makanannya maka dapat bertahan hidup dalam usus lalat selama beberapa hari.

Menurut laporan WHO, lalat rumah (Musca domestica) dapat menyebarkan berbagai macam penyakit termasuk infeksi mata, infeksi kulit dan infeksi usus (seperti diare). Orkin menambahkan bahwa jenis lalat ini bisa menularkan telur dari cacing parasit.

Source; food.detik.com


Selasa, 05 Januari 2016

Hati-Hati...!! Kebiasaan bangun tidur kesiangan dapat menimbulkan penyakit mematikan




Setelah sepekan penuh berkutat dengan pekerjaan, akhir pekan seringkali dijadikan ajang pelampiasan untuk menyenangkan diri. Biasanya dengan memperbanyak tidur, sekadar bermalas-malasan dan makan dengan menu tak sehat.

Namun temuan terbaru dari Amerika membuyarkan angan-angan itu dengan menyatakan bahwa bermalas-malasan di akhir pekan dapat menambah risiko diabetes dan penyakit jantung.

Hanya saja peneliti dari University of Pittsburgh, Pennsylvania mengatakan alasannya bukan semata karena bermalas-malasan atau cenderung makan sembarangan. Menurut peneliti, perubahan jam tidur di akhir pekanlah yang memicu kedua kondisi tadi. Oleh peneliti, kondisi semacam ini disebut sebagai 'social jetlag'.

Sebelumnya, kaitan antara perubahan jam tidur dengan risiko diabetes dan penyakit kronis lain hanya ditemukan pada pekerja shift. Akan tetapi studi ini membuktikan perubahan jam tidur ini juga berlaku bagi semua pekerja.

"Bahkan pada orang dewasa yang sehat dan jarang mengalami perubahan pada pola tidurnya, masih bisa terjadi gangguan metabolisme," tutur si peneliti Dr Patricia Wong seperti dikutip dari Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, Jumat (20/11/2015).


Fakta ini dibuktikan peneliti dengan peneliti mengamati pola tidur 447 pria dan wanita berusia antara 30-54 tahun. Rata-rata dari mereka memiliki jam kerja sedikitnya 25 jam perminggu.

Oleh peneliti, mereka dipasangi semacam gelang yang dapat mengukur berapa banyak pergerakan fisik yang dilakukan setiap hari, termasuk berapa lama mereka tidur. Untuk menguatkan hasil pengukuran itu, partisipan juga diminta mengisi kuesioner tentang pola makan dan kebiasaan olahraga mereka.

Ternyata mereka yang memiliki jam bangun tidur di akhir pekan yang berbeda dengan di hari kerja terbukti mengalami peningkatan jumlah lemak dalam darah mereka.

Tak hanya itu, profil kolesterol mereka juga lebih buruk, kadar insulin dan indeks massa tubuh (BMI) lebih tinggi, lingkar pinggang lebih besar, dan rata-rata dari mereka mempunyai resistensi insulin yang besar. Tak peduli meskipun peneliti telah mempertimbangkan faktor lain seperti rutinitas berolahraga dan juga asupan kalori mereka.

Source: http://health.detik.com


Hayoo siapa yang suka begitu ?? Mulai sekarang jangan karena besok libur bekerja/kuliah/sekolah kalian malah bermalas-malasan dengan tidur sepanjang hari. Lebih baik lakukan aktivitas yang lebih bermanfaat daripada tidur terus-terusan. kalau kata orang tua dulu, "kalau bangun tidur kesiangan nanti rezekinya dipatok ayam".

okay.. sekian dari saya. semoga berman faat bagi pembaca. wassalam.


Minggu, 03 Januari 2016

Awas..!! 6 Makanan ini berbahaya bagi kesehatan otak



Sebagaimana kita ketahui kita harus menjaga organ-organ dalam tubuh kita agar tetap sehat. Jika semua organ dalam keadaan sehat maka kita akan mudah melakukan aktivitas apapun. Dalam melakukan aktivitas kita tidak lantas beraktifitas begitu saja, melaikan ada mesin yang bertugas menggerakan kita yaitu otak. Tanpa otak, sudah pasti manusia tidak akan hidup. Karena itu kita harus menjaga agar otak kita tetap sehat. Salah satu yang bisa melemahkan kerja otak bisa ditimbulkan dari makanan. Apa yang kita konsumsi bisa berdampak baik atau sebaliknya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita mengetahui makanan apa yang bisa melemahkan kinerja otak dan dan mulai mengurangi konsumsinya, atau bahkan meninggalkannya demi kesehatan otak kita.

Mari lupakan sejenak efek makanan terhadap ukuran lingkar pinggang dan kita bicarakan tentang pengaruh makanan terhadap kemampuan otak. Ada lima jenis makanan yang jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, ternyata bisa membahayakan kemampuan memori dan kognitif kita. Inilah kelima makanan tersebut seperti dilansir health.kompas.com:


1. Tahu

Kontroversi kedelai berlanjut dengan sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Demensia and Geriatric Cognitive Disorders. Penelitian itu menyebutkan, asupan tinggi tahu, yaitu sembilan porsi lebih perminggu, dapat meningkatkan risiko penurunan kognitif dan kehilangan memori.

Studi ini menganalisa konsumsi tahu dari 719 pria dan wanita Indonesia, lalu meminta mereka melalui serangkaian tes memori. Mereka yang makan lebih dari 9 porsi seminggu menghadapi penurunan daya ingat lebih besar dari mereka yang tidak makan tahu.

Temuan ini menunjukkan asosiasi dan bukan sebab-akibat. Namun, para peneliti menduga bahwa fitoestrogen pada tahu mungkin bertanggungjawab terhadap penurunan fungsi otak tersebut.

Kebalikan dari tahu, para peneliti menemukan bahwa tempe dapat meningkatkan kemampuan mengingat seseorang.


2. Sodium

Sebuah studi di Kanada menemukan bahwa konsumsi tinggi sodium, bersama dengan rendahnya tingkat aktivitas fisik, mengakibatkan dampak negatif pada kemampuan kognitif.

Untuk penelitian ini, para peneliti Kanada meneliti akivitas fisik dan asupan sodium 1.262 relawan berusia 67-84 tahun. Para peserta ditempatkan ke dalam tiga kelompok  yaitu yang rendah,  menengah, dan  tinggi asupan sodium.

Hasilnya terlihat bahwa orang dengan asupan sodium rendah dan aktivitas fisik rendah, mengalami penurunan kemampuan kognitif yang lebih lambat dibandingkan peserta dengan yang tinggi asupan sodium dengan aktivitas fisik yang rendah.

Kesimpulan dari penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Neurobiology of Aging, menemukan bahwa olahraga teratur dapat menangkal efek negatif sodium pada otak dan  sistem kardiovaskular.


3. Lemak jenuh

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal PLoS One menemukan bahwa mengkonsumsi lemak trans terlalu banyak dapat menyebabkan seseorang kesulitan mengingat kata-kata.

Studi ini diikuti 1.018 relawan yang mengonsumsi lemak trans mulai dari 3,8 gram - 27,7 gram perhari.  Untuk setiap gram lemak trans yang dikonsumsi setiap hari, peserta mengalami penurunan ingatan sebesar 0,76 kata.

Itu artinya, relawan dengan jumlah konsumsi lemak trans tertinggi, hanya dapat  mengingat 65 kata dengan benar, sedangkan rata-rata peserta lain dapat mengingat 86 kata.

Para peneliti di University of Montreal juga menemukan bahwa pola makan tinggi lemak jenuh ( 50% dari semua kalori berasal dari lemak yang tidak sehat, seperti minyak kelapa sawit atau mentega) dapat menyebabkan gangguan fungsi dopamin di mesolimbic otak. Ini adalah bagian otak yang mengatur motivasi dan rasa bahagia.

Gangguan pada area ini disinyalir bisa memicu  gangguan mood, kecanduan narkoba, dan makan berlebihan.

diet tinggi lemak tak jenuh tunggal, seperti minyak zaitun, justru  menunjukkan efek  terbalik dari lemak jenuh tunggal



4. Tuna

Menurut sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Integrative Medicine, orang yang makan lebih dari tiga porsi perminggu jenis ikan yang ada pada jenjang rantai makanan yang tinggi, seperti tuna, tongkol, kakap, dan kerapu,  tinggi pada rantai makanan seperti ikan tuna, kerapu, berrisiko tinggi mengalami disfungsi kognitif.

Penyebabnya? Tingginya kadar merkuri, tentu saja.

Peneliti menganalisa kebiasaan mengonsumsi makanan laut (sea food) 384 orang, kemudian meminta mereka melalui serangkaian tes kognitif.

Terlihat bahwa mereka dengan kadar merkuri tertinggi dalam darah, mendapatkan hasil tes yang paling rendah dibanding peserta lainnya.



5. Omelet putih telur

Omelet putih telur memang dipenuhi oleh protein. Namun jika kuning telurnya dihilangkan, Anda sebenarnya tengah kehilangan choline, yaitu nutrisi penting yang bisa melindungi kesehatan saraf, termasuk otak. Kekurangan choline akan membuat kinerja otak menurun. Penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition mengungkap bahwa orang yang kekurangan choline memiliki nilai yang lebih baik dalam tes daya ingat dan kemampuan verbal. Jika ingin membuat omelet atau mengonsumsi telur, pastikan untuk memakan semuanya, baik bagian putih telur maupun bagian kuningnya.



6. Kue dan keripik

Perhatikan juga kebiasaan ngemil Anda. Sebuah penelitian mengungkap bahwa orang yang banyak ngemil seperti mengonsumsi keripik, makanan ringan, dan permen cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah dan lebih sulit berkonsentrasi. Camilan tak sehat seperti keripik kemasan, makanan yang manis, dan lainnya banyak mengandung lemak yang menurunkan ketajaman pikiran.




Apakah ada salah satu makanan di atas yang menjadi favorit Anda? Jika iya, segera kurangi konsumsinya. Mengonsumsi terlalu banyak makanan tersebut perlahan akan menurunkan kemampuan otak Anda.